loading...
Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW - Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka‟bah al
Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah
dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril,
Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam,
setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah
dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam
terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah
dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada
Mikail:
“Datangkan kepadaku nampan dengan air
zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini
bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah
dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah
kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih
memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan
maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan
Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati
beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan
emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau,
maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh
kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS. Setelah itu disiapkan untuk
Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang
ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan
telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun
dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya
untuk membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa
kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai
buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang
menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq
merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah
Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya anbiya yang
menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani
disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa‟ad,
Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.
(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah
dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu
tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata:
“Turunlah disini dan sholatlah”, setelah
Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”,
“Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata:
“Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan
berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali
melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan
matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta
sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril
memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa
bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi
Muhammad turun di Thur Sina‟, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun
sholat di tempat itu.
Kemudian beliau sampai di suatu daerah
yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana.
Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat
di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba
beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api,
setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata:
“Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan
memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?” Kemudian
Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan
perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada
hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali
dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini
Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”,
Jibril menjawab:”mereka adalah para
Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan
sampai 700 kali. Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi
semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya
Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril
AS. Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan
pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah,
celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki
Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab:
“Ya”. Kemudian dia mengancam akan
memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim
itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab:
“Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”. Mengetahui keteguhan iman Masyithoh,
kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang
tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua
anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan
suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan,
dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”. Maka Firaun
memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan
air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar
mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang
tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya,
kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh
engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau
juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala
mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali
lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka
adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.
Kemudian beliau juga bertemu sekelompok
kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di
sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih
untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan
perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai
isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan
wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang
mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain
untuk berzina dengannya”.
Ketika beliau melanjutkan perjalanan,
tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta
kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya.
Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya
beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula
beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan
nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah. Kemudian tiba-tiba
muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya
dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah
tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia,
seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia
daripada akhirat”.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh
beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan
hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti
di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu
mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya
Para Nabi mengikat buraq di sana. Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama
Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba
masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi
yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas
mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka,
kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk
maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam.
Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya‟ dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus,
lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah
berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih
kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan
menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”. Kemudian setelah beliau
menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau melakukan mi‟raj yakni naik bersama
Jibril menembus langit satu persatu sampai akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya.
Setelah melakukan Isra‟ dari Makkah al
Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai
malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi‟raj yakni naik menembus berlapisnya
langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa
dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini
mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang
luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung
untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup
kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya
diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah
sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW
ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan
pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang
bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak
pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia
memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini
membawahi 70 ribu malaikat pula. Jibril meminta izin agar pintu langit pertama
dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab:
“Aku Jibril.” Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?” Jibril
menjawab: “Muhammad saw.” Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus
(diperintah)?” Jibril menjawab: “Benar”. Setelah mengetahui kedatangan
Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan
berkata: “Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan
pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya
makhluk yang datang”. Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana
pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab
salam beliau seraya berkata: “Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi
yang sholeh”. Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke
arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok
di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih.
Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada
Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang
bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni
neraka. Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini,
tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan
daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk
menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka
berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum
dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular- ular, dan isi perut
mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa
perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba. Disana
beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar
memakannya, lalu dikatakan kepada mereka: “makanlah daging ini sebagaimana kamu
memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua,
seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit
pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan
sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya.
Masing-masing duduk bersama umatnya. Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia
berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai
seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi
menyerupakannya dengan sahabat beliau “Urwah bin Mas‟ud ats Tsaqafi. Nabi
bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat
datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan
ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa
dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas
dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa. Nabi berkomentar: “Sungguh
dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda:
“Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli
ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh
bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau
berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam
dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin “Imran AS, separuh janggutnya hitam
dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi
Harun tampak umatnya sedang khusyu‟ mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau
berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi
dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan
ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat
yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian
beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau
tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat
banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah umatmu,
dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “. Pada
tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh
tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan
dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata:
“Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah,
padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa,
beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku
menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih
banyak masuk surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit
ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di
sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di
sekitarnya berkumpul umatnya. Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan
salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan:
“Perintahkanlah umatmu untuk banyak
menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”.
Rasulullah bertanya:
“Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim
menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil’adziim”.
Dalam riwayat lain beliau berkata: “Sampaikan salamku kepada umatmu,
beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar
airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha
illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke
Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang
cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun
memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah
bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang
jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak
seorang pun mampu melukiskan keindahannya. Kemudian beliau saw diangkat sampai
akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw.
Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang
belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap
insan. Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat
Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di
wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau
melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul
Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah
Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril
tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah
SWT. Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak
seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun
makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya.
Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT. Allah berfirman: “Wahai
Muhammad.” “Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau. “Mintalah sesuka hatimu”,
firman Nya. Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai
Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan
dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu
ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa
at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan
belang serta menghidupkan orang mati”. Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku
telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan
dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda: ” … kemudian Allah
mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada
Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan kepada
umat anda?” Aku menjawab: “50 sholat”, Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu
dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”, Maka
aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu aku turun kembali
kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya,
maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”. Maka aku kembali lagi
kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah
sampai akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat
sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka
jadilah 50 sholat”. Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia
berkata: “Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”, Maka aku katakan
kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini,
maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al
Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar. Pagi harinya beliau
memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar
diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir,
saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As
Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali
murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan
dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi
Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam
Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin
(dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala
ucapannya). Shollallahu “alaihi wa aalihi wa sallam. Inilah ringkasan dari
perjalanan Isra dan Mi‟raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas
dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya
Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA.
Semoga bermanfaat.
loading...
Anda sedang membaca artikel tentang Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://al-syahbana.blogspot.com/2013/06/perjalanan-isra-miraj-nabi-muhammad-saw.html
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
• Gunakanlah bahasa yang sopan dalam berkomentar
• Dilarang melakukan SPAM
• Dilarang menggunakan link
• Dilarang promosi dalam kotak komentar (jika ingin memasang iklan silahkan hubungi kami)