loading...
Di
dalam Gua Tsur Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar ra bersembunyi dari
kejaran kaum Quraisy. Rasa lelah mengharuskan mereka beristirahat. Dan Abu
bakar pun mempersilahkan kedua pahanya untuk dijadikan bantalan kepala
Rasulullah. Keadaan begitu hening saat keduanya melepas lelah. Rasulullah saw
memejamkan matanya sementara Abu Bakar ra mengawasi. Dalam penggalan waktu
istirahat mereka, Abu Bakar yang terjaga melihat ular mendekati tempat mereka
berdua.
Keringat dingin mengucur dari dahinya saat ular itu semakin mendekati
kakinya. Hingga akhirnya sang ular menusukan taring tajamnya pada salah satu
kaki Abu Bakar ra. Abu bakar berusaha menahan sakit dengan tidak menggerakan
tubuhnya. Matanya berderai merasakan betapa sakit luka yang di derita. Hingga
Rasululloh terbangun dan terkejut melihat keadaan sahabatnya. Sambil menahan
rasa sakit bertuturlah Abu Bakar tentang peristiwa yang menimpanya. Kemudian
Rasululloh berkata “Mengapa engkau tidak menghindarinya?” Sambil menahan rasa
sakit Abu Bakar ra menjawab “Jika aku menggerakan kakiku, aku takut mengganggu
istirahat engkau ya Rasulullah.”
Itulah
sepenggal kisah cinta dua orang kekasih Allah.
Pengorbanan Abu bakar ra adalah buah dari ketulusan cinta kepada Rasulullah saw.
Dan memang seperti itulah seharusnya cinta, ia adalah manifestasi pengorbanan
dari sang pecinta kepada yang dicintainya. Pengorbanan menjadi salah satu tolak
ukur kedalaman cinta seseorang. Sementara tingkatan tertingginya adalah saat
sang pencinta mengorbankan sesuatu yang paling berharga yang dimilikinya demi
kebahagiaan orang yang dicintai.
Ibrahim as mematuhi perintah
Allah untuk menyembelih anak kesayangannya Ismail as karena cinta, walau saat
penyembelihan Allah mengganti dengan seekor domba. Abdurahman Bin Auf
mendermakan seluruh hartanya karena cinta, Ali Bin Abi Thalib menggantikan
tidur Nabi saat hijrah karena cinta. Khansa menyuruh ketiga putranya
berjihad di medan perang karena cinta. Para sahabat Rasulullah berperang demi
tegaknya keadilan Islam dengan menggadaikan harta dan jiwa mereka karena cinta.
Cinta suci nan hakiki yakni Cinta untuk yang menciptakan cinta, Allah swt. Tak
ada parameter yang paling akurat menilai seberapa dalam cinta seseorang kecuali
pengorbanan.
Di
antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di
antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak
merubah (janjinya),( QS.Al Ahzab :23 )
Begitu
pula cinta kita kepada manusia, kepada orang tua, pasangan hidup, anak-anak,
sahabat dan lainnya. Kebahagiaan bagi pecinta sejati adalah saat ia mampu
mempersembahkan kebahagiaan bagi orang yang dicintainya walaupun terkadang
harus ditukar dengan sesuatu yang paling berharga yang ia miliki.
Seorang
ibu yang sering kali tak peduli dengan keadaan dirinya asalkan anaknya bahagia
adalah bentuk pengorbanan atas nama cinta. Seorang ayah bersusah payah bekerja
menafkahi keluarganya adalah bentuk pengorbanan atas nama cinta
Cinta
dan pengorbanan adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan satu sama
lainnya, sayap bagi sang burung untuk menjelajahi cakrawala, angin yang
menerbangkan serbuk sari pada sang bunga, embun yang menghadiahi pagi dengan
kesegarannya dan ruh bagi raga yang dicipta-Nya.
loading...
Anda sedang membaca artikel tentang Kecintaan Abu Bakar terhadap Rasulullah dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://al-syahbana.blogspot.com/2013/03/kecintaan-abu-bakar-terhadap-rasulullah.html
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
• Gunakanlah bahasa yang sopan dalam berkomentar
• Dilarang melakukan SPAM
• Dilarang menggunakan link
• Dilarang promosi dalam kotak komentar (jika ingin memasang iklan silahkan hubungi kami)