Info Terbaru
Loading...
21 Februari 2013

Kisah Al Khansa - Ibu Para Syuhada

Kamis, Februari 21, 2013
loading...
Kisah  Al Khansa - Ibu Para Syuhada
Wanita itu sudah tua, namun semangat perjuangannya tetap menyala seperti wanita yang masih muda. Setiap tutur kata yang dikeluarkannya selalu menjadi pendorong dan bualan orang disekitarnya. Maklumlah, ia memang seorang penyair dua zaman, maka tidak kurang pula berbicara dalam bentuk syair. Al-Khansa bin Amru, demikianlah nama wanita itu. Dia adalah wanita yang terkenal cantik dan pandai di kalangan orang Arab.


Dia pernah bersyair mengenang kematian saudaranya yang bernama Sakhr: "Setiap mega terbit, dia mengingatkan aku pada Sakhr, malang. Aku juga masih teringatkan dia setiap mega hilang dii\ ufuk barat Kalaulah tidak karena terlalu banyak orang menangis di sampingku ke atas mayat-mayat mereka, niscaya aku bunuh diriku. ".
Setelah Khansa memeluk Islam, keberanian dan kepandaiannya bersyair telah digunakan untuk menyemarakkan semangat para pejuang Islam. Ia memiliki empat orang putra yang semuanya diajarkan ilmu bersyair dan dididik berjuang dengan berani. Kemudian putranya itu telah diserahkan untuk berjuang demi kemenangan dan kepentingan Islam. Khansa telah mengajar anaknya sejak kecil lagi agar jangan takut menghadapi peperangan dan tantangan. Pada tahun 14 Hijrah, Umar Ibnu Khattab menyediakan satu tim tempur untuk melawan Farsi. Semua Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan untuk menuju ke medan perang, maka terkumpullah sebanyak 41,000 orang tentara. Khansa telah mengerahkan empat putranya agar ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu. Khansa sendiri juga ikut ke medan perang dalam kelompok tim wanita yang bertugas merawat dan menaikkan semangat pejuan tentara Islam.

Dengarlah nasihat Khansa kepada putra-putranya yang sebentar lagi akan ke medan perang, "Wahai anak-anakku! Kamu telah memilih Islam dengan rela hati. Kemudian kamu berhijrah dengan sukarela pula. Demi Allah, yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya kamu sekalian adalah putera-putera dari seorang pria dan seorang wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayahmu, aku tidak pernah memburuk-burukkan saudara-maramu, aku tidak pernah merendahkan keturunan kamu, dan aku tidak pernah mengubah hubungan kamu. Kamu telah tahu pahala yang diberikan oleh Allah kepada kaum muslimin dalam memerangi kaum kafir. Ketahuilah bahwasanya kampung yang kekal itu lebih baik dari kampung yang binasa. " Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surat Ali Imran yang artinya, "Wahai orang yang beriman! Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah posisi kamu, dan patuhlah kepada Allah, moga-moga menjadi orang yang beruntung."

Putera-putera Khansa tertunduk khusyuk mendengarkan nasihat bunda yang disayanginya. Selanjutnya Khansa berkata, "Jika kalian bangun esok pagi, insya Allah dalam keadaan selamat, maka keluarlah untuk berperang dengan musuh kamu. Gunakanlah semua pengalamanmu dan mohonlah pertolongan dari Allah. Jika kamu melihat api pertempuran semakin hebat dan kamu dikelilingi api peperangan yang sedang bergejolak, masuklah kamu ke dalamnya. Dan dapatkanlah penyebabnya ketika terjadi perlagaan pertempurannya, semoga kamu akan berhasil mendapat balasan di kampung yang abadi, dan tempat tinggal yang permanen. "

Subuh esoknya semua tentara Islam sudah berada di tikar sembahyang masing-masing untuk mengerjakan perintah Allah yaitu shalat Subuh, kemudian berdoa moga-moga Allah memberikan mereka kemenangan atau surga. Kemudian Saad bin Abu Waqas panglima besar Islam telah memberikan arahan agar bersiap-siap begitu semboyan perang berbunyi. Perang satu lawan satu pun dimulai dua hari. Pada hari ketiga dimulailah pertempuran besar-besaran. 41,000 orang tentara Islam melawan tentara Farsi yang berjumlah 200.000 orang. Pasukan Islam mendapat tantangan hebat, namun mereka tetap yakin akan pertolongan Allah.

Putera-putera Khansa maju untuk merebut peluang memasuki surga. Berkat dorongan dan nasihat dari bundanya, mereka tidak sedikit pun merasa takut. Sambil mengibas-ngibaskan pedang, salah seorang dari mereka bersyair, "Hai saudara-saudaraku! Ibu tua kita yang banyak pengalaman itu, telah memanggil kita hari dan memberikan nasihat. Semua mutiara yang keluar dari mulutnya bernas dan bermanfaat. Insya Allah akan kita buktikan sedikit waktu lagi. " Kemudian ia maju menebas setiap musuh yang datang.

Selanjutnya disusul pula oleh anak kedua maju dan menentang setiap musuh yang menantang. Dengan semangat yang berapi-api ia bersyair, "Demi Allah! Kami tidak akan melanggar nasihat dari ibu tua kami nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati Segeralah bertempur, segeralah bertarung dan menggempur musuh-musuh bersama-sama Sehingga kau lihat keluarga Kaisar musnah. "

Anak Khansa yang ketiga pula segera melompat dengan beraninya dan bersyair, "Sungguh ibu tua kami kuat keazamannya, tetap tegas tidak goncang Ia mendorong kita agar bertindak efisien dan berakal cemerlang Itulah nasihat seorang ibu tua yang peduli terhadap anak-anaknya sendiri. Mari! segera memasuki medan tempur dan segeralah untuk mempertahankan diri Dapatkan kemenangan yang bakal membawa kegembiraan di dalam hati Atau Tempuhlah kematian yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi. "

Akhirnya anak keempat menghunus pedang dan melompat menyusul abang-abangnya. Untuk menaikkan semangatnya ia pun bersyair, "Bukanlah aku putera Khansa ', bukanlah aku anak jantan Dan bukanlah pula karena' Amru yang pujiannya sudah lama terkenal Kalau aku tidak membuat tentara asing yang berkelompok-kelompok itu terjungkal ke jurang bahay, dan musnah korban oleh senjataku . "

Bergelutlah keempat putra Khansa dengan tekad bulat untuk mendapatkan surga diiringi oleh doa munajat bundanya yang berada di garis belakang. Pertempuran terus hebat. Tentara Islam pada awalnya kebingungan dan kacau karena pada mulanya tentara Farsi menggunakan tentara bergajah di barisan depan, sementara tentara berjalan kaki berlindung di belakang binatang ramah lingkungan itu. Namun tentara Islam dapat melukai gajah-gajah itu dengan memanah mata dan bagian-bagian lainnya. Gajah yang cedera itu marah dengan menghempaskan tuan yang menungganginya, memukul tentara Farsi yang lannya. Kesempatan ini digunakan oleh pihak Islam untuk menghancurkan mereka. Panglima perang bermahkota Farsi dapat dipenggal kepalanya, akhirnya mereka lari lintang-pukang menyeberangi sungai dan dipanah oleh pasukan Islam sampai air sungai menjadi merah. Tim Farsi kalah parah, dari 200.000 tentaranya hanya sebagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri.

Umat Islam lega. Kini mereka mengumpulkan dan menghitung tentara Islam yang gugur. Ternyata yang beruntung menemui syahid di medan Kadisia itu berjumlah sekitar 7.000 orang. Dan dari 7.000 orang syuhada itu terbujur empat orang saudara Khansa. Seketika itu juga ramailah tentara Islam yang datang menemui Khansa memberitahukan bahwa keempat anaknya telah menemui syahid. Al-Khansa menerima berita itu dengan tenang, gembira dan hati tidak bergoncang. Al-Khansa terus memuji Allah dengan ucapan, "Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku dengan mensyahidkan mereka, dan aku mengahrapkan dari Tuhanku, agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka di tempat tinggal yang permanen dengan rahmat-Nya!"

Al-Khansa kembali kembali ke Madinah bersama para prajurit yang masih hidup dengan meninggalkan mayat-mayat putranya di medan pertempuran Kadisia. Dari peristiwa peperanan itu pula wanita penyair ini mendapat gelar kehormatan 'Ummu syuhada yang artinya ibu kepada orang-orang yang mati syahid "

loading...

0 comments:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
• Gunakanlah bahasa yang sopan dalam berkomentar
• Dilarang melakukan SPAM
• Dilarang menggunakan link
• Dilarang promosi dalam kotak komentar (jika ingin memasang iklan silahkan hubungi kami)

 
Toggle Footer