loading...
Jika
kita melihat Kabah, maka kita akan melihat bahwa kabah ditututupi sebuah kain
yang disebut Kiswah. Kain penutup ini diganti setiap setahun sekali, tepatnya
pada musim haji. Bagaimana sejarah kiswah atau kain penutup Kabah bermula?
Secara
bahasa, kiswah berarti pakaian atau kain yang menutupi Kabah.
Pada masa sebelum
Islam, kiswah Kabah selalu berganti-ganti, baik jenis bahannya maupun warnanya.
Kiswah Kabah pernah terbuat dari kulit unta, kain halus dan tipis, kain sutra
sampai kain buatan Yaman yang ditenun dengan bambu. Warna kiswah pun beragam,
ada yang berwarna merah dan bergaris, putih, hijau, hingga kini berwarna hitam.
Pada masa setelah Islam, Rasulullah saw tidak mengganti kiswah yang menempel di
Kabah hingga kiswah tersebut terbakar disebabkan oleh seorang wanita yang ingin
mengasapi kiswah dengan wewangian. Kemudian kiswah itu diganti dengan kain
buatan Yaman. Pada masa Khulafaurrasyidin, kiswah dibuat dari kain qabathi yang
berwarna putih halus dari Mesir. Baru pada tahun 810 Hijriyah, kiswah berwarna
hitam dan mulai dibuat dengan motif ukiran yang dipasang di bagian luar Kabah
yang dinamakan al-Burq.
Dahulu,
kiswah terbuat dari sutra hitam yang didatangkan dari Mesir. Kiswah tersebut
diantarkan lewat jalan darat menggunakan tandu yang disebut mahmal. Kiswah dan
hadiah-hadiah lain di dalam mahmal datang bersamaan dengan rombongan haji dari
Mesir yang dipimpin oleh seorang amirul Hajj. Setelah Perang Dunia I, raja Arab
Saudi kemudian mendirikan pabrik pembuatan kiswah yang terletak di Kampung
Jiyad, Mekkah. Pada tahun 1931, pabrik tersebut mulai memproduksi kiswah dengan
menggunakan mesin tenun modern. Pabrik seluas 10 hektar tersebut menampung 240
perajin kiswah. Di pabrik tersebut, proses pembuatan kiswah berlangsung, mulai
dari perencanaan, pembuatan gambar prototipe kaligrafi, pencucian benang sutra,
perajutan kain dasar, pembuatan benang dari berkilo-kilo emas murni dan perak
hingga pemintalan kaligrafi dari benang emas maupun perak, lalu penjahitan
akhir.
Untuk
membuat sebuah kiswah, diperlukan 670 kg bahan sutra atau sekitar 600 meter
persegi kain sutra yang terdiri dari 47 potong kain. Tiap potongan kain
tersebut berukuran panjang 14 meter dan lebar 95 cm. Ukuran itu sudah disesuaikan
dengan bidang kubus Kabah pada keempat sisinya. Sementara, untuk hiasan berupa
pintalan emas diperlukan 120 kg emas dan beberapa puluh kg perak.
Perpaduan
warna emas dan perak pada kaligrafi yang menghiasi kiswah tersebut memiliki
nilai seni yang luar biasa. Kaligrafi yang digunakan untuk menghias kiswah
terdiri dari ayat-ayat yang berhubungan dengan haji dan Kabah juga asma-asma
Allah yang dimuliakan. Hiasan kaligrafi yang terbuat dari emas dan perak tampak
berkilau indah saat terkena cahaya matahari. Karena menggunakan bahan baku dari
benda-benda yang sangat berharga seperti sutra, emas, dan perak, harga kiswah
pun menjadi sangat mahal, yaitu sekitar Rp50 milyar.
Kiswah
diganti setiap tahun, tepatnya pada 9 Dzulhijjah. Tanggal tersebut dipilih
karena bertepatan dengan hari wukufnya jamaah haji di Arafah dan menjadikan
kawasan Masjidil Haram sepi dari pengunjung. Ketika Masjidil Haram sedang sepi
itulah, proses pencucian dan pembersihan Kabah dilakukan. Kabah pun memakai
baju baru pada hari itu.
Masa
pakai kiswah memang hanya satu tahun. Kiswah yang telah dipakai kemudian
dipotong-potong dan potongan tersebut ada yang dijual sebagai penghias rumah
maupun kantor.
loading...
Anda sedang membaca artikel tentang Sejarah kain penutup Kabah (Kiswah) dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://al-syahbana.blogspot.com/2012/10/sejarah-kain-penutup-kabah-kiswah.html
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
• Gunakanlah bahasa yang sopan dalam berkomentar
• Dilarang melakukan SPAM
• Dilarang menggunakan link
• Dilarang promosi dalam kotak komentar (jika ingin memasang iklan silahkan hubungi kami)