Info Terbaru
Loading...
17 Mei 2013

Kisah Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Jumat, Mei 17, 2013
loading...

Kisah Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
Kisah Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani - Dikisahkan bahwa Abdul Shamad Ibn Humam termasuk orang terkaya di Bagdad. Ia dikenal sangat cinta dunia, sombong, dan takabur. Ia yakin bahwa ia telah memiliki dunia dan banyak orang yang bekerja kepadanya. Ia mengira dapat menguasai dan memerintah mereka untuk melakukan apa saja sesenang hatinya. Sebagai materialis sejati, terang-terangan ia tidak menyukai Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan mengingkari karamahnya. Ia menuturkan pengalamannya berikut ini:
Sebagaimana kalian ketahui, aku tak pernah menyukai Syekh. Meskipun kekayaanku berlimpah dan aku dapat memiliki apa pun yang kuinginkan, aku tak pernah merasa puas, senang, atau tenang.


Pada suatu Jumat, ketika lewat di dekat madrasahnya, aku mendengar azan. Aku berkata dalam hati, "Apa sih keunggulan orang ini, yang telah menarik perhatian banyak orang melalui karamahnya? Aku akan ikut shalat Jumat di masjidnya."

Masjid itu telah penuh sesak. Aku merangsek menerobos kerumunan dan kuperoleh tempat persis di bawah mimbar. Syekh mulai menyampaikan khutbahnya dan apa pun yang dikatakannya membuatku jengkel.

Tiba-tiba aku merasa mulas ingin buang hajat. Tetapi aku tak dapat keluar dari masjid. Aku takut dan sangat malu, karena rasa mulas itu tak dapat kutahan. Perasaan jengkelku kepada Syekh makin menjadi-jadi.
Namun, ketika aku dibasahi keringat dingin karena malu dan menahan mulas, pelan-pelan Syekh menuruni tangga mimbar dan berdiri di atasku. Seraya berkhutbah, ia menutupiku dengan bagian bawah jubahnya. Tiba-tiba saja aku telah berada di lembah yang hijau dan indah.

Kulihat sebuah sungai kecil mengalirkan air yang jernih. Segera saja aku buang hajat lalu membersihkan diri dan berwudu. Setelah itu, kudapati diriku kembali berada di bawah jubah Syekh. Ia pun naik kembali ke atas mimbar.
Aku sangat takjub. Tidak hanya perutku yang merasa nyaman, hatiku pun merasa tenteram.

Semua kejengkelan, amarah, dan kekesalan sirna sudah.
Usai shalat, aku keluar dari masjid dan pulang. Di tengah jalan, aku sadar bahwa kunci lemariku hilang. Aku kembali ke masjid dan mencarinya, namun tak kutemukan.
Keesokan harinya aku harus melakukan perjalanan niaga.

Tiga hari perjalanan dari Bagdad, kami tiba di sebuah lembah yang sangat indah. Seakan-akan kami dituntun ke tepi sebuah sungai yang sangat jernih. Aku langsung teringat bahwa di sinilah aku buang hajat dan membersihkan diri. Kini, sekali lagi kubersihkan diri. Dan ternyata, di sana kutemukan kembali kunci lemariku. Sekembalinya ke Bagdad, aku bertobat dan menjadi pengikut Syekh Abdul Qadir.

--Dikutip dari Mawa'izh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani karya Shalih Ahmad Asy-Syami
loading...

0 comments:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
• Gunakanlah bahasa yang sopan dalam berkomentar
• Dilarang melakukan SPAM
• Dilarang menggunakan link
• Dilarang promosi dalam kotak komentar (jika ingin memasang iklan silahkan hubungi kami)

 
Toggle Footer