Info Terbaru
Loading...
30 Januari 2013

Asal Mula Kabah

Rabu, Januari 30, 2013
loading...

Asal Mula Ka’bahSejarah dan awal mula Ka'bah sudah dimulai sejak manusia pertama diturunkan ke bumi, Adam. Kabah berbentuk bangunan kubus yang berukuran 12 x 10 x 15 meter. Kabah disebut juga dengan nama Baitullah atau Baitul Atiq (rumah tua) yang dibangun dan dipugar pada masa Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as setelah Nabi Ismail berada di Mekah atas perintah Allah.



Kalau kita membaca Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 37 yang berbunyi, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman didekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

kalau kita membaca ayat diatas, kita bisa mengetahui bawah Kabah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim AS menempatkan istrinya Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut. Jadi Kabah telah ada sebelum Nabi Ibrahim AS menginjakan kakinya di Mekah.

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadat manusia ialah Baitullah yang di Makkah yang diberkahi.” (Al-Imran, ayat 96).

Ka’bah yang didirikan Ibrahim terletak persis di tempat Ka’bah lama yang didirikan Nabi Adam hancur tertimpa banjir bandang pada zaman Nabi Nuh. Adam adalah Nabi yang pertama kali mendirikan Ka’bah.

Pembangunan Ka'bah.
Setelah Nabi Ismail tumbuh menjadi dewasa dan belajar bahasa Arab dari suku Jurham, beliau juga menikah dengan salah seorang wanita dari mereka. Pada suatu saat, Nabi Ibrahim datang ingin menjenguk putranya Nabi Ismail as. Ketika sedang meraut anak panah, Nabi Ibrahim as pun datang. Nabi Ismail pun bangkit menyambutnya dan mereka langsung berpelukan melepaskan rindu.

"Wahai anakku, sesungguhnya Allah menyuruhku menjalanakan perintah," kata Nabi Ibrahim.
"Lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Rabbmu," sahut Nabi Ismail.
"Apakah engkau akan membantuku?" tanya Nabi Ibrahim.
"Aku pasti akan membantumu, Wahai Nabiyullah," seru Ismail.
Nabi Ibrahim kemudian menunjuk ke tumpukan tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya seraya berkata, "Sesungguhnya Allah menyuruhku membuat suatu rumah di sini."

Pada saat itulah keduanya bahu membahu meninggikan pondasi Baitullah

Ismail mulai mengangkut batu, sementara Nabi Ibrahim memasangnya. Saat hampir selesai mengerjakannya, Ibrahim as merasa ada yang kurang pada Ka’bah. Kemudian ia memerintahkan putranya, “Pergilah engkau mencari sebuah batu lagi yang akan aku letakkan di Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.”
Isma’il as mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada Isma’il as dan memberinya sebuah batu yang cantik. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Ibrahim as pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.
Kemudian Ibrahim as bertanya pada putranya, “Dari mana kamu peroleh batu ini?”
Isma’il as menjawab, “Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.” Ibrahim as mencium batu itu lagi dan diikuti juga oleh Isma’il as.
Begitulah, sampai saat ini banyak yang berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu.

Makam Ibrahim
Makam Ibrahim
Setelah bangunan tinggi, Ismail membawakan sebuah batu untuk pijakan bagi Nabi Ibrahim as. Batu itulah yang kemudian disebut sebagai tanda makam Ibrahim. Makam Ibrahim bukan kuburan Nabi Ibrahim AS sebagaimana banyak orang berpendapat. Makam Ibrahim merupakan bangunan kecil terletak disebelah timur Kabah. Di dalam bangunan tersebut terdapat batu yang diturunkan oleh Allah dari surga bersama-sama dengan Hajar Aswad. Di atas batu itu Nabi Ibrahim AS berdiri disaat beliau membangun Kabah bersama sama puteranya Nabi Ismail AS. Dari zaman dahulu batu itu sangat terpelihara, dan sekarang ini sudah ditutup dengan kaca berbentuk kubah kecil. Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim AS yang panjangnya 27 cm, lebarnya 14 cm dan dalamnya 10 cm masih nampak dan jelas dilihat orang.


Mereka pun terus menerus bekerja sambil mengucapkan doa, "Wahai Rabb kami, terimalah dari kami (amalan), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Sampai akhirnya tuntaslah pembangunan Baitullah itu. Ka'bah pun akhirnya berdiri di bumi Allah SWT.


dari berbagai sumber
loading...

0 comments:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
• Gunakanlah bahasa yang sopan dalam berkomentar
• Dilarang melakukan SPAM
• Dilarang menggunakan link
• Dilarang promosi dalam kotak komentar (jika ingin memasang iklan silahkan hubungi kami)

 
Toggle Footer