loading...
Hikmah Kekayaan dalam Islam - Suatu hari, Nabi Muhammad saw ditanya oleh seorang sahabat tentang
harta kekayaan. Beliau menjelaskan, ''Barangsiapa menumpuk harta melebihi
kebutuhannya berarti dia telah mengambil kematiannya sendiri tanpa disadari.''
Hadis Rasulullah di atas mengingatkan agar kita selalu hati-hati terhadap harta
yang kita miliki. Islam memang menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak
harta kekayaan, namun dengan syarat harus digunakan untuk jalan yang benar dan
baik. Misalnya untuk kesejahteraan keluarga, untuk membantu saudara-saudara
kita yang kekurangan, dan seterusnya.
Khalid Muhammad Khalid, dalam bukunya
Ahlullah, menyebutkan bahwa Maimun bin Mahran pernah berkata, ''Harta itu
mempunyai tiga tuntutan. Jika seseorang selamat dari yang pertama, masih
dikhawatirkan dari yang kedua. Jika selamat dari yang kedua, dikhawatirkan pula
dari yang ketiga. Pertama, hendaknya harta itu bersih (halal dan tidak pula
tercampur yang syubhat). Kedua, hendaknya hak Allah (zakat) dipenuhi
(dikeluarkan). Ketiga, hendaknya dibelanjakan secara wajar (tidak
dihambur-hamburkan dan tidak pula kikir dalam pengeluaran).''
Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang
kita melihat sekelompok orang berfoya-foya dan membelanjakan harta melebihi
yang dibutuhkan. Mereka tidak lagi mempedulikan nasib orang-orang di sekitarnya
yang serba kekurangan. Padahal jauh hari Allah sudah mengingatkan,
''Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)...'' (QS 64:15),
''Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah.'' (QS 63:9), dan ''Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur'' (QS 102:1).
Dalam buku Teosofia Alquran, Imam
Al-Ghazali menegaskan bahwa menumpuk harta melebihi kebutuhan dapat
membinasakan diri sendiri. Itu, katanya, kalau ditinjau dari tiga hal. Pertama,
menumpuk harta cenderung menyeret kita ke tebing maksiat dan kezaliman. Ujian
atau cobaan dengan kemewahan jauh lebih berat ketimbang kesengsaraan. Dalam
keadaan kaya, kita biasanya sulit untuk bersikap sabar. Kedua, menumpuk harta
cenderung mendorong kita untuk hidup melebihi yang kita butuhkan. Nabi saw
mengingatkan, ''Cinta dunia itu pangkal segala kesalahan.'' Ketiga, menumpuk
harta cenderung alpa berzikir kepada Allah. Padahal, kata Al-Ghazali, mengingat
Allah adalah asas kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Mengejar dan memperbanyak harta kekayaan
sering merisaukan hati dan pikiran, sehingga kita lalai mengingat Allah. Nabi
saw menegaskan, ''Suka dunia itu menyebabkan susah dan risau, dan zuhud
terhadap dunia menenangkan hati pikiran dan badan. Bukan kemiskinan yang aku
khawatirkan, tapi kekayaan. Jika dunia terbuka luas bagimu sebagaimana terbuka
luas bagi umat sebelumnya, maka kamu berebut sebagaimana mereka berebut. Dan,
itu membinasakan kamu, sebagaimana membinasakan mereka.'' Hidup akan sia-sia
dan rugi, bila kita masuk ke golongan orang yang menumpuk harta dan lupa kepada
Allah. Mudah-mudahan, harta yang kita kejar setiap hari di jalan Allah
melapangkan kita masuk pintu surga.
loading...
Anda sedang membaca artikel tentang Hikmah Kekayaan dalam Islam dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://al-syahbana.blogspot.com/2013/04/hikmah-kekayaan-dalam-islam.html
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
• Gunakanlah bahasa yang sopan dalam berkomentar
• Dilarang melakukan SPAM
• Dilarang menggunakan link
• Dilarang promosi dalam kotak komentar (jika ingin memasang iklan silahkan hubungi kami)