loading...
Kemunculan
Dajjal dan Yajuj Majuj - Dajjal disebutkan berulang-ulang
dalam Hadits, sedangkan Ya’juj wa-Ma’juj bukan saja disebutkan dalam Hadits,
melainkan pula dalam Al-Qur’an. Dan kemunculannya yang kedua kalinya ini
dihubungkan dengan turunnya Al-Masih.
ARTI
DAJJAL DAN YA’JUJ MA’JUJ
Kata
Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu). Kamus
Lisanul-’Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal. Menurut
suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong yang menutupi
kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan, karena ia menutupi
bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga mengatakan, karena ia
menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, karena ia tersebar dan menutupi
seluruh muka bumi.
Pendapat
lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang dagangannya ke
seluruh dunia, artinya, menutupi dunia dengan barang dagangannya. Ada juga
pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal karena mengatakan hal-hal
yang bertentangan dengan hatinya, artinya, ia menutupi maksud yang sebenarnya
dengan kata-kata palsu.
Kata
Ya’juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf’ul; kata
ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra’a, maknanya berjalan
cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul-’Arab. Ya’juj wa-Ma’juj
dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, karena
hebatnya gerakan.
DAJJAL
DAN YA’JUJ MA’JUJ MENURUT AL-QUR’AN
Kata
Dajjal tak tertera dalam Al-Qur’an, tetapi dalam Hadits sahih diterangkan,
bahwa sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat al-Kahfi
melindungi orang dari fitnahnya Dajjal, jadi menurut Hadits ini, Al-Quran
memberi isyarat siapakah Dajjal itu. Mengenai hal ini diterangkan dalam Kitab Hadits
yang amat sahih sebagai berikut:
“Barang
siapa hapal sepuluh ayat pertama Surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari
(fitnahnya)
Dajjal.”
“Barang
siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari
(fitnahnya) Dajjal.”
Boleh
jadi, dalam menyebut sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir, itu yang
dituju ialah seluruh surat Al-Kahfi yang melukiskan ancaman Nasrani yang
beraspek dua, yang satu bersifat keagamaan, dan yang lain bersifat keduniaan.
Bacalah sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi, anda
akan melihat seterang-terangnya bahwa yang dibicarakan dalam dua tempat itu
adalah ummat Nasrani.
Mula-mula
diuraikan aspek keagamaan, yang dalam waktu itu Nabi Muhammad dikatakan sebagai
orang yang memberi peringatan umum kepada sekalian manusia (ayat 2), lalu
dikatakan sebagai orang yang memberi peringatan khusus kepada ummat Nasrani
(ayat 4), yaitu ummat yang berkata bahwa Allah memungut Anak laki-laki.
Demikianlah bunyinya:
“Segala
puji kepunyaan Allah Yang menurunkan Kitab kepada hamba-Nya …, … agar ia
memberi peringatan tentang siksaan yang dahsyat dari Dia… dan ia memperingatkan
orang-orang yang berkata bahwa Allah memungut anak laki-laki.” (18:1-4).
Terang
sekali bahwa yang dituju oleh ayat tersebut ialah ummat Nasrani, yang ajaran
pokok agamanya ialah Tuhan mempunyai Anak laki-laki. Dalam sepuluh ayat
terakhir surat Al-Kahfi diuraikan seterang-terangnya, bahwa ummat Nasrani
mencapai hasil gemilang di lapangan duniawi. Demikianlah bunyinya :
“Apakah
orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-Ku sebagai
pelindung selain Aku?… Katakan Apakah Kami beritahukan kepada kamu orang-orang
yang paling rugi perbuatannya? (Yaitu) orang yang tersesat jalannya dalam
kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka adalah orang yang mempunyai
keahlian dalam membuat barang-barang.” (18: 102-104).
Ini
adalah gambaran tentang bangsa-bangsa Barat yang diramalkan dengan kata-kata
yang jelas. Membuat barang adalah keahlian dan kebanggaan ummat Nasrani, dan
ciri-khas inilah yang dituju oleh ayat tersebut. Mereka berlomba-lomba membuat
barang-barang, dan mereka begitu sibuk datam urusan ini, sehingga penglihatan
mereka akan nilai-nilai kehidupan yang tinggi, menjadi kabur sama sekali.
Membuat barang-barang, sekali lagi membuat barang-barang, adalah satu-satunya
tujuan hidup mereka di dunia. Jadi, sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat
terakhir surat Al-Kahfi menerangkan dengan jelas bahayanya ajaran Kristen
tentang Putra Allah, dan tentang kegiatan bangsa-bangsa Kristen di lapangan
kebendaan, dan inilah yang dimaksud dengan fitnahnya Dajjal.
Ya’juj
wa-Ma’juj diuraikan dua kali dalam Al-Quran. Yang pertama diuraikan dalam surat
al-Kahfi, sehubungan dengan uraian tentang gambaran Dajjal. Menjelang
berakhimya surat al-Kahfi, diuraikan tentang perjalanan Raja Dhul-Qarnain* ke
berbagai jurusan untuk memperkuat tapal-batas kerajaannya.
Ternyata
bahwa menurut sejarah, raja ini ialah raja Persi yang bernama Darius I.
Diterangkan dalam surat tersebut, bahwa perjalanan beliau yang pertama,
berakhir di laut Hitam. “Sampai tatkala ia mencapai ujung yang paling Barat, ia
menjumpai matahari terbenam dalam sumber yang berlumpur hitam.” (18:86).
Ternyata bahwa yang dimaksud sumber yang berlumpur hitam ialah Laut Hitam.
Selanjutnya
diuraikan dalam surat tersebut, kisah perjalanan beliau ke Timur “Sampai
tatkala ia mencapai tempat terbitnya matahari, ia menjumpai matahari terbit di
atas kaum yang tak Kami beri perlindungan dari (matahari) itu” (18:90).
Selanjutnya diuraikan tentang perjalanan beliau ke Utara. “Sampai tatkala ia
mencapai (suatu tempat) diantara dua bukit” (18:93).
Yang
dimaksud dua bukit ialah pegunungan Armenia dan Azarbaijan. Dalam perjalanan ke
Utara ini, raja Dhul-Qarnain berjumpa dengan suatu kaum yang berlainan
bahasanya, artinya, mereka tak mengerti bahasa Persi. Kaum ini mengajukan
permohonan kepada raja Dhul-Oarnain sbb: “Wahai Dhul-Qarnain! Sesungguhnya
Ya’juj wa-Ma’juj itu membuat kerusakan di bumi. Bolehkah kami membayar upeti
kepada engkau, dengan syarat sukalah engkau membangun sebuah rintangan antara
kami dan mereka” (18:94).
Selanjutnya
Al-Qur’an menerangkan, bahwa raja Dhul-Qarnain benar-benar membangun sebuah
tembok** dan sehubungan dengan itu, Al-Qur’an menyebut-nyebut besi dan tembaga
sebagai bahan untuk membangun pintu gerbang:
“Berilah
aku tumpukan besi, sampai tatkala (besi) itu memenuhi ruangan di antara dua
bukit, ia berkata: ‘Bawalah kemari cairan tembaga yang akan kutuangkan di
atasnya’ (18:96). Dalam ayat 97 diterangkan, bahwa tatkala tembok itu selesai,
mereka (Ya’juj wa-Ma’juj) tak dapat menaiki itu, dan tak dapat pula melobangi
itu. Dalam ayat 98, raja Dhul-Qarnain menerangkan, bahwa bagaimanapun kuatnya,
tembok ini hanya akan berfaedah sampai jangka waktu tertentu, dan akhirnya tembok
ini akan runtuh. Lalu kita akan dihadapkan kepada peristiwa yang lain. “Dan
pada hari itu, Kami akan membiarkan sebagian mereka (Ya’juj wa-Ma’juj)
bertempur melawan sebagian yang lain” (18:99).
*[Kata
Dhul-Qarnain makna aslinya "mempunyai dua tanduk", tetapi dapat
berarti pula "orang yang memerintah dua generasi", atau, "orang
yang memerintah dua kerajaan. Makna terakhir ini diberikan oleh musafir besar
Ibnu Jarir. Dalam kitab perjanjian
lama, Kitab Nabi Daniel, terdapat uraian tentang impian nabi Daniel,
dimana ia melihat seekor domba bertanduk dua. Impian itu ditafsirkan dalam
al-Kitab dengan kata-kata sebagai berikut: "Adapun domba jantan, yang
telah kau lihat dengan tanduk dua pucuk, yaitu raja Media dan Persi, (Daniel
8:20). Diantara raja Media dan Persi, yang paling cocok dengan gambaran
Al-Quran, ialah raja Darius I (521-485 sebelum Kristus).
Jewish
Encyclopaedia menerangkan sbb : "Darius adalah negarawan yang ulung.
Peperangan yang beliau lakukan hanyalah dimaksud untuk membulatkan tapal-batas
kerajaannya, yaitu di Armenia, Kaukasus, India, sepanjang gurun Turania dan
dataran tinggi Asia Tengah". Pendapat ini dikuatkan oleh Encyclopaedia
Britannica sbb: "Tulisan yang diukir dalam batu menerangkan bahwa raja
Darius adalah pemeluk agama Zaratustra yang setia. Tetapi beliau juga seorang
negarawan yang besar. Pertempuran yang beliau lakukan, hanyalah untuk
memperoleh tapal-batas alam yang kuat bagi kerajaannya, demikian pula untuk
menaklukkan suku bangsa biadab di daerah perbatasan. Jadi, raja Darius
menaklukkan bangsa biadabdi pegunungan Pontic dan Atmenia,dan meluaskan
kerajaan Persia sampai Kaukasus"].
**[Rintangan
atau tembok yang diuraikan disini ialah tembok yang termasyur di Derbent (atau
Darband) yang terletak di pantai Laut Kaspi. Dalam kitab Marasidil - Ittila',
kitab ilmu-bumi yang termasyur, terdapat uraian tentang hal itu. Demikian pula
dalam kitabnya lbnu at-Faqih. Encyclopaedia Biblica menjelaskan tembok itu sbb
:.Derbent atau Darband adalah sebuah kota kerajaan Persi di Kaukasus, termasuk
propinsi Daghistan, di pantai Barat laut Kaspi…
Di ujung sebelah Selatan, terletak Tembok Kaukasus yang menjulang ke
laut, yang panjangnnya 50 mil, yang disebut Tembok Alexander…Tembok ini
seluruhnya mempunyai ketinggian 29 kaki, dan tebal ± 10 kaki; dan dengan pintu
gerbangnya yang dibuat dari besi, dan berpuluh-puluh menara-pengintai,
merupakan pertahanan tapal-batas kerajaan Persi yang kuat]
loading...
Anda sedang membaca artikel tentang Kemunculan Dajjal dan Yajuj Majuj dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://al-syahbana.blogspot.com/2013/04/kemunculan-dajjal-dan-yajuj-majuj.html
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
• Gunakanlah bahasa yang sopan dalam berkomentar
• Dilarang melakukan SPAM
• Dilarang menggunakan link
• Dilarang promosi dalam kotak komentar (jika ingin memasang iklan silahkan hubungi kami)